Titrasi Iodimetri Vitamin C

https://youtu.be/yA8ytB5NxQU 

Comments

  1. Anda menyebutkan bahwa untuk kadar vitamin C ini dapat ditetapkan dengan metode iodimetri, lalu mengapa untuk penentuan kadar vitamin C hanya menggunakan metode titrasi iodimetri kenapa tidak menggunakan metode titrasi asam basa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena vitamin C merupakan senyawa yang bersifat asam, maka vitamin C pasti mempunyai atom hidrogen yang dapat dilepas, layaknya senyawa asam lain. Berdasarkan strukturnya, terdapat 4 atom hidrogen yang dapat dilepaskan, yakni pada masing-masing gugus hidroksil (-OH). Akan tetapi, asam askorbat hanya memiliki 1 nilai pKa, yakni 4,7 (pada 10 derajat celcius).

      Selain dari sifat keasamannya, asam askorbat juga merupakan senyawa dengan sifat antioksidan yang tinggi. Artinya, asam askorabat merupakan agen pereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat.

      Jadi metode titrasi asam-basa sendiri kurang cocok dipakai untuk analisis kadar vitamin C karena basa kuat yang direaksikan dengan asam askorbat dapat mengubah strukturnya. Terlihat di strukturnya terdapat ikatan rangkap dan gugus karbonil (C=O), dimana gugus ini sangat mudah bereaksi dengan dengan basa kuat (OH-). Akibatnya, hasil dari titrasi tersebut kurang akurat.

      selanjutnya dapat kita simpulkan bahwa vitamin C/asam askorbat merupakan senyawa asam organik lemah dan juga memiliki sifat reduktor yang kuat. Maka dari itu, analisis yang paling baik adalah metode titrasi redoks, sehingga metode iodimetri lebih dipilih daripada metode titrasi asam-basa.

      Delete
  2. Dari video yang Anda jelaskan, pengukuran kadar vitamin C dilakukan dengan titrasi
    redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Menurut jurnal yang Saya baca, Asam askorbat itu sendiri merupakan zat aktif yang terdapat dalam vitamin C, dimana zat ini tidak stabil pada peningkatan suhu dan kelembaban. Setiap peningkatan suhu 10⁰C kecepatan degradasi dari asam askorbat yang tidak terlindungi akan meningkat dua kali lipat, bagaimana cara mengatasi hal tersebut?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengujian vitamin C dilakukan
      pemanasan pada suhu 90°C dengan interval waktu pemanasan yang berbeda. Setelah pemanasan, sampel
      dimasukkan pada es tujuan
      menghentikan reaksi oksidasi vitamin C yang terjadi selama pemanasan. Waktu yang digunakan untuk pendinginan
      harus sama pada setiap sampel yang digunakan dengan tujuan untuk menseragamkan waktu berhentinya reaksi. Di samping itu, pendinginan bertujuan untuk memberikan efek ‘shock’ karena perbedaan suhu yang sangat ekstrim, selain itu juga mengembalikan suhu asam askorbat agar berada dalam suhu kamar pada saat titrasi nantinya dan untuk menghindarkan rusaknya larutan natrium tiosulfat yang akan digunakan sebagai larutan baku.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ujian Imunologi dan Serologi